LIKE DISSOLVE LIKE Pernah
dengar istilah ini? Yak, mungkin bagi sebagian yang dibesarkan di ranah
scientis telah akrab dengan istilah niy. Bagi yang berada di wilayah2
non-sains, tentu saja akan menjadi asing. Hehe. Baiklah, akan kujelaskan
sejenak.
Like dissolve like sebuah prinsip kelarutan di mana,
suatu zat hanya akan larut pada pelarut yang sesuai. Dengan kata lain,
zat yang bersifat polar akan larut pada pelarut polar dan suatu zat non
polar pun akan larut pada pelarut yang non polar. Prinsip ini dikenal
dnegan prinsip like dissolve like.
Lalu, kalau dalam dunia
perubatan, prinsip ini juga berlaku. Untuk obat2 yang larut dalam air,
maka hanya dapat digunakan air sebagai pelarut. Sebaliknya, obat-obat
yang larut dalam minyak, juga akan digunakan minyak sebagai
pembawa/pelarutnya. Takkan pernah ada di dunia ini obat yang larut dalam
air lalu kemudian digunakan minyak sebagai pelarutnya. Kenapa? Karena,
sampai kapan pun zat tersebut tidak akan dapat larut. Sampai kapanpun,
air takkan dapat bercampur dengan minyak. Ini pengecualian untuk
ubat-ubatan yang dibikin pelarut campur macam eliksir, atau suspensi,
ataupun emulsi nih yaaa (lha, wong sediaan macam ni ditambahkan zat
pembantu tho..)
Kemudian, kita amati suspensi. Apa itu suspensi?
Suspensi adalah bentuk obat cair (kalau masyarakat umum mengenalnya
sebagai obat sirup saja) yang di dalamnya terdapat zat aktif yang tidak
larut dalam air sehingga dirancang sedemikian rupa, yang kemudian dapat
larut dalam pengocokkan. Jika dibiarkan dalam jangka waktu lama, tetap
akan terjadi pemisahan, ada yang bagian endapan, ada pula yang bagian
larutannya. Apa contoh? Semacam Susu Mylanta untuk maag. Atau, jika
teman2 bersedia untuk kembali ke masa lalu sejenak, maka ingat-ingatlah,
dahulu waktu kecil dikasi obat sirup, tapi, warnanya putih kayak serbuk
susu yang dikocok dengan air itu looh(nggak bening), yang didalamnya
ada obat-obatan serbuk juga. Nah, itulah yg disebut suspensi.
Hihihi…
Okeh..okeh…, mari kita
blajar dari fenomena alam ini. Ehem..begini sobat. Jika kita perhatikan,
prinsip like dissolve like ini sebenarnya juga tengah terjadi pada diri
kita loooh. Kenapa? Sederhana saja. Kita lihat dari kecendrungan
seseorang dalam memilih teman. Pernahkah kita perhatikan, teman angkatan
misalnya, secara disengaja atau tidak seolah-aoalh ada
pengelompokkan-peneglompokkan. Si A, temannya adalah si B, C, D, dan E.
Lain pula dengan si R. Temannya adalah S, T, U, V dan W. sedangkan X,
temannya Y dan Z. Okelah memang kita semua berteman secara keseluruhan,
tapi, tetap ajah ada kecendrungan untuk dekat dengan orang-orang
tertentu. Layaknya sebuah “kocokkan pada suspensi”, maka kondisi ekstrem
akan membuat sekelompok orang bisa bersatu (contohnya, kekompakkan satu
angkatan yang dibuat/dikondisikan oleh senior pada waktu
ospek/pembinaan. Ini analog dengan suspensi, yang pada pengocokkan akan
bercampur menjadi larutan homogen. Lalu, jika dibiarkan agak lama, pada
zona aman, masing-masing akan memilih sesuai dengan kecendrungannya.
Kalo dalam suspensi, sebagian menjadi endapan, sebagian lagi menjadi
larutan. Begitu pun halnya dengan kita.
Prinsip like dissolve like ini (sekali lagi) ternyata memang terjadi
pada kita. Jika pada suatu larutan, kecendrungannya adalah karena suatu
kepolaran, maka pada manusia adalah : TERGANTUNG PADA APA YANG MENJADI
ORIENTASI PADA DIRINYA. Jika seseorang yang akademisi, rata2 teman2nya
pada akademisi semua. Yang kemana-mana bawa buku, diskusi, etc. hehe.
Jika orientasinya adalah hal2 yang berbau-bau mode, maka like dissolve
like-nya yaaah orang2 yang modish2. Hihihi. Begitu pun, jika yg menjadi
orientasinya adalah da’wah. Rata2, kecendrungannya atau like dissolve like-nya, yaah…,jugah orang2 yang beroientasi pada hal yang sama. Maka,
bolehkah aku menarik sebuah konklusi, bahwa terkadang, prinsip like dissolve like ini juga telah mencipta, sdikit banyaknya sebuah :
ekslusifme (jika salah2 dalam memilih sikap). Allahu’alam.
Bukankah Rasulullah juga telah katakan bahwasannya, jika mau tau seseorang itu gimana, yaah..lihat temannya kek mana. Kalo dalam dunia psikologi, Apa istilahnya? Ikatan emosional kali yah?
Hihihih… Barangkali, kajian mendalam mengenai hal ini telah diplajari di
dunia psikologi. Karena diriku bukan seorang psikolog, bukan pula orang
yang mengerti tentang psikologi, makanya tentu saja aku tidak
berkafa’ah untuk menjelaskannya. (barangkali ada teman2 psikologi yang
bersedia menguraikan prinsip like dissolve like yang terjadi pada
manusia? Hihihi
Nah..nah…, sepertinya, prinsip like dissolve like ini juga berlaku dalam hal sekufu dalam sebuah
pernikahan. Benar tak? Polar untuk yang polar, non polar untuk yang non
polar. Demikian pula dengan :
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk
laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita
yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki
yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik
(pula)….” (Qs. An Nuur : 26). Dikembalikan kepada ORIENTASI APA YANG ADA
PADA DIRINYA. Allahu’alam. Sama seperti novel yang aku baca JANGAN PERNA PUTUS ASA.
Ini hanya sebuah hal sederhana. Sebenarnya masih banyak hal-hal lain
yang terjadi di alam ini yang jika di ekstrapolasi kepada kehidupan
nyata ini, ternyata Equivalent! Ternyata ia bersesuaian. Bahkan rumus2
fisika dan kimia itu menurutku : adalah PENYEDERHANAAN KONSEP HIDUP atau
bentuk matematis dari permasalahan-permasalahan yang ada. Jika kita
perhatikan. Iya tho?hehehhe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar